/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://ani.cursors-4u.net/anime/ani-13/ani1205.cur), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Hetalia: Axis Powers - Denmark

Find Me On!

Saturday, January 14, 2017

Tugas 9 ISD Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentrisme

Nama : Daud Maulana
Kelas : 1KA08

Curhat Keluarga Muslim yang 'Ditendang' dari Pesawat AS 

 
Liputan6.com, Chicago - Sebuah keluarga muslim asal Amerika Serikat 'ditendang' keluar dari pesawat di Bandara Internasional O’Hare Chicago pada 20 Maret 2016, pada awal liburan musim semi. 

Kini, keluarga tersebut menuntut maaf dari pihak maskapai, United Airlines. Mereka merasa telah menjadi korban dari praktik profil rasial (racial profiling).

Keluarga yang terdiri dari 5 orang tersebut berasal dari Libertyville, Illinois. Dari Chicago, mereka menuju ke Washington DC. Namun, keluarga tersebut diminta keluar dari pesawat dengan 'alasan keamanan' setelah orangtua meminta pengaman tambahan di kursi untuk anak mereka yang paling kecil -- seperti permintaan mereka saat check in. Demikian dikabarkan Chicago Tribune.

Permintaan tersebut tak diindahkan. Pasangan orangtua tersebut kemudian memintanya berkali-kali pada awak kabin. Entah mengapa, kemudian pramugari meminta mereka pergi, dengan 'tenang' dan kembali ke gate.

Dalam postingan di Facebook yang telah dibagikan 630 ribu kali, sang ibu dalam keluarga tersebut Eaman-Amy Saad Shebley mengunggah video yang menunjukkan keluarganya diminta pergi dari pesawat.

Dalam video tersebut, sang ayah mempertanyakan mengapa keluarganya diminta meninggalkan pesawat. Dan, seseorang yang diduga adalah pilot menjawab, "Karena itu adalah keputusanku," demikian dikutip dari News.com.au, Senin (4/4/2016).

Nyonya Saad Shebley juga mempertanyakan keputusan tersebut. "Apakah ini keputusan yang diskriminatif? Apa alasannya?"

Dan pilot kemudian merespons. "Karena ini terkait masalah keamanan."

Bersama dengan video, Saad Shebley memposting kalimat: "Anda sungguh memalukan #unitedAirlines karena memprofilkan keluargaku (secara rasial) dan juga diriku tanpa alasan lain di luar penampilan kami, lalu menendang kami keluar dari pesawat dengan 'alasan keselamatan penerbangan' dalam penerbangan kami ke DC dalam rangka liburan musim semi anak-anak," kata dia.

"Bagikan sehingga kita, warga Amerika Serikat bisa berdiri bersama melawan diskriminasi."

Dalam wawancara dengan media, perempuan tersebut mengaku merasa diasingkan, dipermalukan, dan dibuat tak berdaya.

Dalam pernyataannya, United Airlines mengatakan, keluarga tersebut diminta meninggalkan pesawat karena, "kekhawatiran terkait instrumen keselamatan di kursi anak mereka, tak sesuai dengan peraturan keselamatan federal".

Namun, Ahmed Rehab, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam mempertanyakan mengapa keluarga tersebut diminta pergi, hanya untuk alasan seperti itu.

"Kami merasa lelah mendapat kabar penumpang yang kelihatan muslim dikeluarkan dari penerbangan karena alasan sepele, di balik kedok klaim demi 'keamanan'," kata dia.

Rehab mengatakan, penumpang lain dalam pesawat membela keluarga tersebut, dengan mengatakan mereka tak melakukan kesalahan apapun.

Pasangan orangtua dan 3 anak mereka kemudian terbang ke Washington DC dengan maskapai yang sama, namun memesan tiket pulang dengan maskapai berbeda.

Rehab mengatakan, keluarga tersebut menuntut maaf secara resmi dari pihak maskapai.

United Airlines juga diminta memberikan sanksi pada awaknya yang terlibat, dan memberikan ganti rugi penggantian untuk penerbangan kembali (return) dan biaya yang timbul dari pergantian rencana perjalanan mereka.

"Keluarga ini tidak melakukan apa pun, yang pantas dibalas dengan cemoohan awak pesawat -- selain mencoba untuk mendapatkan cara terbaik untuk mengamankan bayi mereka. Keterangan beberapa saksi menguatkan itu, "kata Rehab.

Sebelumnya United Airlines juga dituduh memperlakukan penumpang muslimnya dengan tidak baik.

Mei 2015 lalu, dalam penerbangan dari Chicago ke Washington DC, pramugari diduga mengatakan pada seorang muslimah, Tahera Ahmad bahwa ia tak boleh membuka minuman kaleng Diet Coke karena dikhawatirkan akan menggunakannya sebagai senjata.

Insiden tersebut memicu tagar  #UnitedforTahera dan seruan boikot pada United Airlines -- yang baru berakhir setelah pihak maskapai meminta maaf secara resmi sepekan kemudian.

Di sisi lain, para pramugari Air France tak terima diperintahkan menggunakan kerudung dalam penerbangan di dan ke Teheran, ibu kota Iran.

Opini : Memang mayoritas agama di luar negeri bukan islam akan tetapi kenapa sampai saat ini pemikiran orang luar negeri agama islam selalu identik dengan "teroris" padahal tidak semua islam itu teroris bisa saja akal-akalan pihak tertentu yang menjatuhkan agama islam ini yang mencap sebagai "teroris"

Solusi : Dari artikel ini solusinya supaya pihak United Airlines meminta maaf kepada keluarga tersebut, apa susahnya meminta maaf, dan hilangkan pemikiran yang kolot bahwa islam itu "teroris"

Thursday, January 5, 2017

Tugas 8 ISD (Agama dan Masyarakat)

Nama : Daud Maulana
Kelas : 1KA08

Kurang Belajar Agama Sebabkan Intoleransi di Masyarakat



INILAH, Bandung -Pembelajaran dan pemahaman ajaran agama yang tidak utuh sering menjadi pemicu terjadinya intoleransi antar umat beragama di Indonesia. Selain bisa mengikis toleransi, hal ini pun bisa menciptakan pemahaman ekstrimis di masyarakat.

Dikatakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat A. Buchori, intoleransi yang terjadi di masyarakat terjadi akibat adanya pengetahuan yang tidak sempurna dari ajaran agama. Hal ini disebabkan oleh tidak komprehensifnya dalam mempelajari ilmu agama.

Padahal menurutnya, agama tidak pernah mengajarkan umatnya agar bertindak di luar perdamaian, bahkan agama menciptakan rasa kebersamaan dan kemanusiaan.

"Tidak ada agama yang mengajarkan kebencian, permusuhan, intoleransi. Ketika ada intoleransi, berarti ada benang merah yang terputus," kata dia saat memperingati Hari Amal Bakti ke-71 Kementerian Agama tingkat Provinsi Jabar, di Bandung, Selasa (3/1/2017).

Sehingga pihaknya meminta agar masyarakat mempelajari ilmu agama secara utuh dan menyeluruh. Sebab ketika mempelajari secara utuh tidak akan lagi salah tafsir dalam pengaplikasiannya.

"Ketika agama dipahami sebagian, maka tentunya sebagian-sebagian pula yang bisa dilakukan," katanya.

Oleh karena itu, guna menjadikan keutuhan nilai-nilai agama dan menjaga keutuhan tersebut dibutuhkan peran dari tokoh agama. Sebab tokoh agama merupakan penyampai ilmu keagamaan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, keberadaan penyuluh dari Kemenag pun diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai agama secara utuh dan benar kepada masyarakat.

"Penyuluh mudah-mudahan itu jadi garda terdepan. Keberadaannya sangat dibutuhkan," katanya.

Tetapi, tugas untuk menjaga toleransi antar umat beraga menjadi tugas semua pihak. Apalagi peran penyuluh keagamaan masih belum maksimal.

"Tidak hanya tugas penyuluh saja. Ini juga membutuhkan peran dari yang lain," ungkapnya.

Sementara Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, nilai-nilai agama menjadi faktor penting bagi kehidupan bernegara masyarakat Indonesia. Sebab nilai-nilai agama mampu mempererat persatuan dan kesatuan berbangsa, sehingga nilai agama tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dalam bernegara.

"Kita juga harus tahu, sebagian peraturan di kita pun diambil dari peraturan agama," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan Agama merupakan ruh, sebab nilai agama harus jadi pembentuk karakter bangsa yang majemuk, sehingga ajaran agama pun menjadi penerang untuk kualitas kehidupan masyarakat.

Ia menulai, dalam peringatan Hari Amal Bakti ke-71 ini harus menjadi momentum untuk Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas dan pelayanannya. Sebab kualitas pelayanan Kemenag terhadap masyarakat akan mempengaruhi toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

"Jika ini tercapai, bukan tidak mungkin akan meningkatkan toleransi umat beragama di tengah masyarakat," pungkasnya. [Ito]

Opini : Banyak masyarakat sekarang ini yang agamanya sebatas di KTP saja yang tidak tau apa itu agama hanya ikut ikutan di organisasi ehmm.. dan ehmm.... yang menurut mereka organisasi itu paling benar padahal menurut saya tidak ada agama yang mengajarkan kebencian, permusuhan, intoleransi.

Solusi : Dengan cara penyuluhan dan selalu ingat Bhinneka Tunggal Ika sebab di jaman sekarang ini banyak kasus yg intoleran terhadap agama lain contohnya sebut saja gubernur jakarta sekarang ini.

Sumber :