/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://ani.cursors-4u.net/anime/ani-13/ani1205.cur), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Hetalia: Axis Powers - Denmark

Find Me On!

Thursday, January 5, 2017

Tugas 8 ISD (Agama dan Masyarakat)

Nama : Daud Maulana
Kelas : 1KA08

Kurang Belajar Agama Sebabkan Intoleransi di Masyarakat



INILAH, Bandung -Pembelajaran dan pemahaman ajaran agama yang tidak utuh sering menjadi pemicu terjadinya intoleransi antar umat beragama di Indonesia. Selain bisa mengikis toleransi, hal ini pun bisa menciptakan pemahaman ekstrimis di masyarakat.

Dikatakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat A. Buchori, intoleransi yang terjadi di masyarakat terjadi akibat adanya pengetahuan yang tidak sempurna dari ajaran agama. Hal ini disebabkan oleh tidak komprehensifnya dalam mempelajari ilmu agama.

Padahal menurutnya, agama tidak pernah mengajarkan umatnya agar bertindak di luar perdamaian, bahkan agama menciptakan rasa kebersamaan dan kemanusiaan.

"Tidak ada agama yang mengajarkan kebencian, permusuhan, intoleransi. Ketika ada intoleransi, berarti ada benang merah yang terputus," kata dia saat memperingati Hari Amal Bakti ke-71 Kementerian Agama tingkat Provinsi Jabar, di Bandung, Selasa (3/1/2017).

Sehingga pihaknya meminta agar masyarakat mempelajari ilmu agama secara utuh dan menyeluruh. Sebab ketika mempelajari secara utuh tidak akan lagi salah tafsir dalam pengaplikasiannya.

"Ketika agama dipahami sebagian, maka tentunya sebagian-sebagian pula yang bisa dilakukan," katanya.

Oleh karena itu, guna menjadikan keutuhan nilai-nilai agama dan menjaga keutuhan tersebut dibutuhkan peran dari tokoh agama. Sebab tokoh agama merupakan penyampai ilmu keagamaan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, keberadaan penyuluh dari Kemenag pun diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai agama secara utuh dan benar kepada masyarakat.

"Penyuluh mudah-mudahan itu jadi garda terdepan. Keberadaannya sangat dibutuhkan," katanya.

Tetapi, tugas untuk menjaga toleransi antar umat beraga menjadi tugas semua pihak. Apalagi peran penyuluh keagamaan masih belum maksimal.

"Tidak hanya tugas penyuluh saja. Ini juga membutuhkan peran dari yang lain," ungkapnya.

Sementara Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, nilai-nilai agama menjadi faktor penting bagi kehidupan bernegara masyarakat Indonesia. Sebab nilai-nilai agama mampu mempererat persatuan dan kesatuan berbangsa, sehingga nilai agama tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dalam bernegara.

"Kita juga harus tahu, sebagian peraturan di kita pun diambil dari peraturan agama," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan Agama merupakan ruh, sebab nilai agama harus jadi pembentuk karakter bangsa yang majemuk, sehingga ajaran agama pun menjadi penerang untuk kualitas kehidupan masyarakat.

Ia menulai, dalam peringatan Hari Amal Bakti ke-71 ini harus menjadi momentum untuk Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas dan pelayanannya. Sebab kualitas pelayanan Kemenag terhadap masyarakat akan mempengaruhi toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

"Jika ini tercapai, bukan tidak mungkin akan meningkatkan toleransi umat beragama di tengah masyarakat," pungkasnya. [Ito]

Opini : Banyak masyarakat sekarang ini yang agamanya sebatas di KTP saja yang tidak tau apa itu agama hanya ikut ikutan di organisasi ehmm.. dan ehmm.... yang menurut mereka organisasi itu paling benar padahal menurut saya tidak ada agama yang mengajarkan kebencian, permusuhan, intoleransi.

Solusi : Dengan cara penyuluhan dan selalu ingat Bhinneka Tunggal Ika sebab di jaman sekarang ini banyak kasus yg intoleran terhadap agama lain contohnya sebut saja gubernur jakarta sekarang ini.

Sumber :

No comments:

Post a Comment