Nama : Daud Maulana
Kelas : 1KA08
Judul Film : Merah Putih Trilogi Merdeka
Tahun : 2009
Sutradara : Yadi Sugandi
Pemain : Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Rudy Wowor, dan Astri Nurdin.
Review Film Merah Putih Trilogi Merdeka
Film Merah Putih adalah sebuah film nasionalisme dengan genre action yang memukau. Film dengan semboyan, “Untuk Merdeka Mereka Bersatu” ini pasti akan membuat siapapun warga Indonesia yang menontonnya akan bergidik merinding mengingat perjuangan para pahlawan demi memerdekakan negara ini. Film ini dirilis pada tahun 2009, tepatnya tanggal 13 Agustus, beberapa hari sebelum peringatan kemerdekaan Indonesia. Lalu diikuti dengan lahirnya film Darah Garuda dan Hati Merdeka, yang seakan melengkapi film Trilogi Merdeka ini.
Film Merah Putih mengisahkan tentang kehidupan 5 orang pria di Sekolah Tentara Rakyat (STR) setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Amir seorang muslim yang mempunyai istri bernama Melati, Marius seorang anak priyayi yang kaya raya, kemudian ada Surono yaitu teman Marius yang masih memiliki seorang kakak perempuan bernama Senja, ada juga Thomas seorang kristen dari Sulawesi yang ingin jadi perwira karena keluarganya mati dibunuh oleh tentara-tentara Belanda, dan yang terakhir adalah seorang pemeluk agama Hindu dari Bali yang tidak disebutkan namanya. Tujuan mereka adalah satu, yaitu menjadi pejuang kemerdekaan, namun adanya perbedaan latar belakang dan agama, membuat mereka mengalami perpecahan karena konflik – konflik internal. Ketika Jepang sudah menyerah, Belanda ingin memiliki Indonesia lagi. Belanda melancarkan aksinya dengan Agresi Militer Belanda I di Jawa Tengah pada 1947.
Film Merah Putih mengisahkan tentang kehidupan 5 orang pria di Sekolah Tentara Rakyat (STR) setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Amir seorang muslim yang mempunyai istri bernama Melati, Marius seorang anak priyayi yang kaya raya, kemudian ada Surono yaitu teman Marius yang masih memiliki seorang kakak perempuan bernama Senja, ada juga Thomas seorang kristen dari Sulawesi yang ingin jadi perwira karena keluarganya mati dibunuh oleh tentara-tentara Belanda, dan yang terakhir adalah seorang pemeluk agama Hindu dari Bali yang tidak disebutkan namanya. Tujuan mereka adalah satu, yaitu menjadi pejuang kemerdekaan, namun adanya perbedaan latar belakang dan agama, membuat mereka mengalami perpecahan karena konflik – konflik internal. Ketika Jepang sudah menyerah, Belanda ingin memiliki Indonesia lagi. Belanda melancarkan aksinya dengan Agresi Militer Belanda I di Jawa Tengah pada 1947.
Kisah dimulai dari pendaftaran masuk sebagai perwira. Setelah mereka semua diterima, mereka tinggal di asrama dan harus bekerja keras, setiap hari berlatih, berlatih, dan berlatih. Selama di asrama, Marius dan Thomas selalu ada konflik. Dimulai dari kejadian menyembunyikan kalung salib Thomas sampai ditemukannya botol minuman alkhohol milik Marius oleh anggota perwira tinggi. Kejadian ini yang membuat semuanya menjadi bersatu.
Pada malam sebelum beristirahat, tiba-tiba Kapten memanggil Surono dan Amir. Ternyata mereka berdua naik pangkat. Surono menjadi Letnan satu dan Amir sebagai Letnan dua. Ketegangan mulai terjadi ketika sekolah mereka diserang oleh tentara Belanda. Padahal hari itu mereka sedang merayakan kelulusannya dan diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Secara sigap para tentara ini menyerang balik tentara Belanda, namun korban jiwa tak dapat dihindari. Bahkan Soerono ikut menjadi korban jiwa. Ini membuat tentara yang tersisa semakin membara untuk membalas perbuatan Belanda. Mereka mulai perang secara bergerilya keluar masuk hutan. Adanya serangan dari tentara Jepang pun turut mempersulit gerak mereka.
Pada malam sebelum beristirahat, tiba-tiba Kapten memanggil Surono dan Amir. Ternyata mereka berdua naik pangkat. Surono menjadi Letnan satu dan Amir sebagai Letnan dua. Ketegangan mulai terjadi ketika sekolah mereka diserang oleh tentara Belanda. Padahal hari itu mereka sedang merayakan kelulusannya dan diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Secara sigap para tentara ini menyerang balik tentara Belanda, namun korban jiwa tak dapat dihindari. Bahkan Soerono ikut menjadi korban jiwa. Ini membuat tentara yang tersisa semakin membara untuk membalas perbuatan Belanda. Mereka mulai perang secara bergerilya keluar masuk hutan. Adanya serangan dari tentara Jepang pun turut mempersulit gerak mereka.
Akhirnya mereka mengatur sebuah strategi untuk membalas dan mengusir tentara Belanda dari Indonesia. Mereka mengumpulkan beberapa warga dan melatih mereka untuk memegang senjata, baik itu senapan atau pun hanya bambu runcing yang nantinya digunakan dalam misi penyerangan. Mereka mengatur sebuah strategi untuk membalas dan mengusir tentara Belanda dari Indonesia. Mereka mengumpulkan beberapa warga dan melatih mereka untuk memegang senjata, baik itu senapan atau pun hanya bambu runcing yang nantinya digunakan dalam misi penyerangan.
Setelah melatih beberapa warga Thomas, orang hindu (tidak disebutkan namanya), Marius, dan Letnan Amir mereka memiliki ide untuk membuat jebakan untuk orang-orang Belanda yang akan pergi ke Lamongan Lor pada waktu itu. Mereka berempat yang dibantu oleh beberapa warga berhasil membunuh para pasukan dan menahan pemimpin kompeni (Belanda).
Opini
Di film ini kita diajarkan untuk berjiwa nasionalis dan menjaga Indonesia agar perjuangan pahlawan - pahlawan mengusir penjajah dari negeri kita ini tidak sia sia, kita juga harus menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur dalam perang melawan para penjajah.
No comments:
Post a Comment